Kali ini kita membahas akibat besarnya pengguna medsos di Indonesia,
karena 95% orang Indonesia mengakses media sosial.
Hampir seluruh akses komunikasi yang
digunakan saat ini dikuasai asing. Bahkan operator kerap mengeluh
bagaimana mereka yang membangun infrastruktur komunikasi, akhirnya kalah
dengan layanan over the top (OTT) seperti Whatsapp dan Facebook.
Tanpa membangun infrastruktur, layanan
OTT tersebut bisa mengeruk untung triliunan rupiah setiap tahun dari
penggunanya di tanah air. Apalagi layanan tersebut tidak membayar pajak
sama sekali, karena tidak punya badan hukum di Indonesia.
Pratama menjelaskan, sudah ada
pergesaran model penjajahan. Sekarang ini, untuk mengeruk uang negara
lain, tidak perlu lagi menjajah secara fisik wilayah. “Penjajahan model
baru ini tidak selalu dilakukan oleh negara-negara maju. Kini korporasi
yang kuat bisa melakukan penjajahan informasi. Ini efeknya luar biasa,
bisa mempengaruhi stabilitas politik, ekonomi dan keamanan sebuah
negara,” ujar dia, melalui keterangan pers.
Layanan OTT ini kini sangat powerfull
dan bisa mengeruk uang dari negara manapun. Untuk Indonesia saja,
Facebook tiap bulannya bisa mengeruk lebih dari Rp 500 miliar setiap
bulannya dan terus bertambah.
“Pemerintah harus punya grand design
menghadapi tren bisnis seperti ini. OTT ini banyak yang tidak berbadan
hukum di Indonesia, namun punya pengguna dan income yang sangat besar
dari Indonesia,” ujar Chairman lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information System Security Research center) ini.
Hal ini jelas tidak sesuai dengan
keinginan pemerintah untuk menarik sebanyak mungkin uang warga negara
Indonesia di luar negeri. Karena disaat yang bersamaan begitu banyak
potensi devisa yang disedot oleh asing.
“Itu baru dari segi ekonomi. Bayangkan
dari segi keamanan, dengan edukasi yang minim saat ini Indonesia rawan
menjadi serangan asing. Kita tidak tahu, sebenarnya data yang kita
simpan di cloud maupun dikirim lewat email gratisan itu dipakan oleh
mereka,” jelas pria asal Cepu jawa Tengah ini.
Pratama mencontohkan Cina, yang berani
menolak Google dan Facebook masuk ke negaranya, karena tidak mau
mematuhi aturan di negeri tirai bambu tersebut. Namun bukan berarti
rakyatnya tidak bisa menikmati media sosial dan email. Karena pemerintah
disana sudah menyiapkan aplikasi alternatif seperti Baidu, Weibu dan
QQ.
“Kuncinya, pemerintah mau dalam jangka
menengah membangun aplikasi dan layanan yang dibutuhkan masyarakat.
Mulai dari email, cloud, messenger dan aplikasi lainnya. Dengan memakai
produk sendiri, masyarakat juga bisa diarahkan untuk berpindah secara
bertahap,” kata dia.
Itu hanya penggunaan Facebook, masih banyak lagi perhitungan pengguna medsos di Indonesia.
Berikut adalah presentase penggunaan jenis medsos di Indonesia:
1.YOUTUBE, siapa sih yang gak asing dengan kata itu, YOUTUBE adalah sebuah media sosial yang menyajikan tentang hiburan maupun tentang pengetahuan, karena media sosial ini berbasis vidio maka tak sedikit yang menyukai tentang aplikasi ini, semua umur pun bisa mengakses dan mencari konten yang dia cari. YOUTUBE menempati peringkat pertama dengan memperoleh 43% pengguna MEDSOS di dunia.
2. FACEBOOK. medsos ini merupakan medsos yang paling sering dikunjungi karena penyajian interface yang simpel dan pengguna dapat saling bertukan informasi satu dengan yang lain tanpa batasan apapun. Menurut riset, pengguna facebook setiap harinya menghabiskan waktu 12 menit 27 detik, tak heran bila facebook mendapat predikat sebagai medsos terlaris setelah youtube.
3.WHATSAPP, salah satu medsos yang mengedepankan kesimpelan dalam penggunaan maka dari itu whatsaap sekarang banyak diminati karena keunggulannya yaitu tanpa iklan dan kita juga tidak dituntut untuk membayar pajak maupun administrasi.
Dan tentu masih banyak lagi medsos yang sering digunakan oleh para penggunanya di dunia dan setiap harinya banya pengguna baru yang membuat akun medsos.
Sekian, jangan lupa ngopi...
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
0 Comment:
Posting Komentar